Iklan

Tuesday, October 22, 2024, October 22, 2024 WIB
Last Updated 2024-10-22T13:48:07Z
Economy

Rupiah Tertekan Akibat Kekhawatiran Kenaikan Tarif AS dan Sinyal Fed

Read To
Advertisement
Rupiah Tertekan Akibat Kekhawatiran Kenaikan Tarif AS dan Sinyal Fed








Langgampos.com - Pada perdagangan Selasa, rupiah kembali melemah di tengah meningkatnya ketidakpastian global terkait kondisi ekonomi dan kebijakan di Amerika Serikat. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS merosot 63 poin atau 0,41 persen, ditutup pada level Rp15.567 per dolar AS, turun dari posisi sebelumnya di Rp15.504.

Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, menjelaskan bahwa pelemahan rupiah ini utamanya dipicu oleh kekhawatiran mengenai potensi kenaikan tarif impor Amerika Serikat jika Donald Trump memenangkan Pemilihan Presiden AS yang dijadwalkan berlangsung pada November 2024. Kekhawatiran ini, ditambah dengan perkembangan ekonomi di Tiongkok yang juga kurang menggembirakan, memperburuk prospek ekonomi global.

Selain itu, pernyataan beberapa pejabat bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (Fed), turut memperkuat posisi dolar AS. Neel Kashkari, salah satu pejabat Fed, menekankan pentingnya mempertahankan laju penurunan suku bunga kebijakan yang lebih lambat di kuartal ini. Ia juga mempertanyakan apakah suku bunga netral—tingkat suku bunga yang tidak mendorong atau menghambat pertumbuhan ekonomi—perlu dinaikkan dari perkiraan sebelumnya, mengingat ketahanan indikator ekonomi AS.

Pernyataan serupa disampaikan oleh pejabat Fed lainnya, Mary Daly, yang memperkirakan suku bunga netral mendekati 3 persen. Jeffrey Schmid, pejabat Fed lainnya, juga sepakat dengan pendekatan yang lebih hati-hati terkait pemotongan suku bunga. Komentar-komentar ini memperkuat ekspektasi pasar bahwa Fed tidak akan terburu-buru menurunkan suku bunga, yang membuat permintaan terhadap dolar AS meningkat.

Dampak dari sinyal tersebut tak hanya menekan rupiah, tetapi juga mendorong kenaikan imbal hasil US Treasury. Pada penutupan perdagangan Senin, Indeks Dolar AS tercatat naik 0,50 persen menjadi 104,01, sementara yield obligasi US Treasury bertenor 10 tahun meningkat 11 basis poin menjadi 4,20 persen.

Di dalam negeri, nilai tukar rupiah berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia juga menunjukkan tren pelemahan, turun dari Rp15.465 pada hari sebelumnya menjadi Rp15.560 per dolar AS pada Selasa. Ketidakpastian global yang dipicu oleh kondisi di Amerika Serikat dan kebijakan Fed menjadi faktor utama yang menekan pergerakan mata uang rupiah.

(*)
close