Iklan

Wednesday, November 12, 2025, 2:10 PM WIB
Last Updated 2025-11-12T07:10:41Z
Economy

Mata Uang Asia Kompak Melemah, Pasar Tunggu Voting Shutdown Pemerintah AS

Mata Uang Asia Kompak Melemah, Pasar Tunggu Voting Shutdown Pemerintah AS
Mata Uang Asia Kompak Melemah, Pasar Tunggu Voting Shutdown Pemerintah AS



LANGGAMPOS.COM - Mayoritas mata uang Asia terpantau melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu pagi, 12 November 2025. Pelemahan ini terjadi di tengah penantian pelaku pasar terhadap hasil voting penyelesaian government shutdown di AS yang telah berlangsung lebih dari enam pekan.

Berdasarkan data Refinitiv pukul 09.15 WIB, won Korea Selatan menjadi mata uang paling tertekan di kawasan dengan koreksi 0,40% ke level KRW 1.466,7 per dolar AS. Rupiah menyusul melemah 0,21% ke posisi Rp16.715 per dolar AS, menandai pelemahan lanjutan setelah ditutup negatif pada perdagangan sebelumnya.

Pelemahan juga dialami dong Vietnam yang turun 0,19% ke VND 26.329 per dolar AS, rupee India melemah 0,16% ke INR 88,58 per dolar AS, dan dolar Taiwan terkoreksi 0,15% ke TWD 31,051 per dolar AS. Sementara dolar Singapura, yen Jepang, yuan China, dan baht Thailand juga melemah tipis masing-masing 0,13%, 0,11%, 0,09%, dan 0,07%.

Satu-satunya mata uang yang berhasil menguat terhadap dolar AS adalah ringgit Malaysia, naik 0,34% ke posisi MYR 4,122 per dolar AS. Penguatan ringgit dipicu oleh optimisme terhadap prospek pertumbuhan ekonomi Malaysia serta stabilitas fiskal yang relatif lebih kuat dibandingkan negara tetangga.

Pergerakan mata uang Asia hari ini dipengaruhi oleh penguatan indeks dolar AS yang naik tipis 0,09 poin ke level 99,529. Sentimen global masih dibayangi dua isu utama: perkembangan drama shutdown pemerintahan AS dan ekspektasi arah kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed).

Pelaku pasar kini menunggu hasil pemungutan suara di DPR AS yang dijadwalkan berlangsung Rabu sore waktu setempat. DPR yang dikuasai Partai Republik akan memutuskan kompromi anggaran untuk memulihkan pendanaan lembaga pemerintah dan mengakhiri penutupan yang telah memasuki hari ke-42 sejak 1 Oktober.

Jika voting berjalan lancar, shutdown terpanjang dalam sejarah AS ini bisa berakhir dalam 24–48 jam ke depan, atau antara Kamis hingga Jumat waktu Indonesia. Namun, penolakan dari kelompok konservatif Partai Republik berpotensi menunda proses atau memaksa negosiasi ulang.

Dari sisi ekonomi, laporan ADP yang dirilis Selasa (11/11/2025) menunjukkan perusahaan swasta AS memangkas rata-rata 11.250 pekerjaan per minggu selama empat pekan hingga 25 Oktober. Data ini memperkuat ekspektasi pasar bahwa The Fed akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada rapat FOMC 9–10 Desember mendatang, dengan peluang mencapai 67%.


(*)
Advertisement