- Gen kecerdasan lebih dominan diwariskan dari ibu melalui kromosom X
- Faktor lingkungan, sosial, dan emosi tetap berperan besar dalam perkembangan intelektual anak
- Asia Timur mendominasi peringkat IQ tertinggi dunia berdasarkan laporan 2024
LANGGAMPOS.COM - Kecerdasan anak merupakan hasil perpaduan genetik, lingkungan, pendidikan, serta stimulasi sosial dan emosional.
Penelitian genetika terbaru menyoroti peran luar biasa dari gen ibu, kromosom X, dan kontribusi gen ayah yang secara bersama membentuk IQ, kecerdasan kognitif, serta potensi intelektual anak.
Para ahli menjelaskan bahwa anak yang pintar tidak hanya berasal dari lingkungan yang mendukung, tetapi juga dari faktor biologis.
Para ahli menjelaskan bahwa anak yang pintar tidak hanya berasal dari lingkungan yang mendukung, tetapi juga dari faktor biologis.
Sebuah studi besar yang melibatkan 12.686 remaja berusia 14–22 tahun meneliti pengaruh ras, pendidikan, sosial-ekonomi, serta membandingkan data tersebut dengan informasi dari ibu mereka.
Melalui pendekatan ini, peneliti mampu memahami bagaimana kombinasi gen dan lingkungan bekerja dalam pembentukan kemampuan intelektual.
Temuan penelitian mengungkap bahwa ibu menjadi pihak yang lebih dominan dalam mewariskan kecerdasan karena memiliki dua kromosom X.
Wanita membawa dua salinan kromosom X, sementara pria hanya memiliki satu. Kondisi ini membuat ibu memiliki peluang dua kali lipat untuk menurunkan gen kecerdasan kepada anak mereka.
Sementara itu, ayah umumnya mewariskan sifat-sifat lain seperti intuisi, emosi, serta pola perilaku yang tetap berperan memperkaya perkembangan mental dan kemampuan berpikir anak.
Penelitian yang dikutip oleh Psychology Spot menjelaskan mekanismenya lebih detail:
"Jika gen yang sama diwarisi dari ayah, gen tersebut akan dinonaktifkan. Jelas, gen lain bekerja sebaliknya, hanya diaktifkan jika berasal dari ayah."
Pernyataan ini mempertegas bahwa kecerdasan tidak hanya bergantung pada satu sumber, melainkan interaksi kompleks dari gen yang diaktifkan maupun yang dinonaktifkan.
Selain faktor genetika, lingkungan tetap menjadi kunci penting. Pola asuh, kualitas pendidikan, nutrisi, hingga interaksi sosial terbukti mampu memperkuat atau justru menahan potensi kecerdasan alami seorang anak.
Penelitian yang dikutip oleh Psychology Spot menjelaskan mekanismenya lebih detail:
"Jika gen yang sama diwarisi dari ayah, gen tersebut akan dinonaktifkan. Jelas, gen lain bekerja sebaliknya, hanya diaktifkan jika berasal dari ayah."
Pernyataan ini mempertegas bahwa kecerdasan tidak hanya bergantung pada satu sumber, melainkan interaksi kompleks dari gen yang diaktifkan maupun yang dinonaktifkan.
Selain faktor genetika, lingkungan tetap menjadi kunci penting. Pola asuh, kualitas pendidikan, nutrisi, hingga interaksi sosial terbukti mampu memperkuat atau justru menahan potensi kecerdasan alami seorang anak.
Artinya, meskipun gen ibu memegang peran signifikan, dukungan keluarga dan lingkungan belajar tetap menentukan hasil akhirnya.
Pada tingkat global, laporan World Population Review 2024 menunjukkan negara-negara Asia Timur seperti China, Taiwan, Hong Kong, dan Macau berada di puncak daftar dengan skor IQ rata-rata 107.
Pada tingkat global, laporan World Population Review 2024 menunjukkan negara-negara Asia Timur seperti China, Taiwan, Hong Kong, dan Macau berada di puncak daftar dengan skor IQ rata-rata 107.
Korea Selatan dan Jepang menyusul pada angka 106, memperkuat posisi kawasan ini sebagai pusat kecerdasan dunia. Dominasi ini sering dikaitkan dengan budaya disiplin belajar, akses pendidikan berkualitas tinggi, serta lingkungan sosial yang mendukung perkembangan kognitif.
Kejutan datang dari Iran yang mencatatkan skor IQ 106, sejajar dengan Jepang dan Korea Selatan. Meskipun angka ini masih diperdebatkan dalam beberapa perbandingan, tren tersebut mengindikasikan adanya peningkatan kualitas pendidikan dan riset di kawasan Timur Tengah.
Di Asia Tenggara, Singapura memimpin dengan skor IQ 105. Di bawahnya terdapat Vietnam (100), Thailand (102), Malaysia (100), Filipina (96,7), Myanmar (97,4), Bangladesh (96,5), serta Indonesia yang mencatatkan skor 93,2.
Angka ini memperlihatkan masih adanya tantangan struktural di kawasan tersebut, terutama terkait kualitas pendidikan, akses literasi, dan pemerataan fasilitas belajar yang memengaruhi perkembangan IQ dan kecerdasan anak di masa depan.
(*)

