Iklan

Monday, May 12, 2025, May 12, 2025 WIB
Last Updated 2025-05-12T06:45:34Z
gen zHealthkesehatan mentalmental awarenesspsikologi

Mengapa Gen Z Lebih Memerhatikan Kesehatan Mental Dibandingkan Generasi Sebelumnya?

kepedulian-mental-gen-z



LANGGAMPOS.COM - Di tengah perubahan sosial yang signifikan dalam beberapa dekade terakhir, satu fenomena menarik telah muncul: kesadaran dan kepedulian terhadap kesehatan mental yang jauh lebih tinggi di kalangan Generasi Z. 

Fenomena ini tidak terjadi secara kebetulan, melainkan hasil dari berbagai faktor sosial, teknologi, dan lingkungan yang membentuk pandangan generasi ini. 

Apakah pergeseran ini mencerminkan kemajuan positif dalam masyarakat kita, atau respons alamiah terhadap tantangan unik yang dihadapi oleh generasi termuda ini? Mari kita telaah lebih dalam.

Berkurangnya Stigma dan Peningkatan Keterbukaan

Generasi Z jauh lebih terbuka dalam mendiskusikan masalah kesehatan mental, secara aktif menghilangkan stigma yang sering dipertahankan oleh generasi-generasi sebelumnya.

Dibandingkan dengan generasi yang lebih tua, seperti Baby Boomers dan Generasi X, biasanya cenderung memandang kesulitan kesehatan mental sebagai sesuatu yang harus disembunyikan atau "dihadapi dengan ketegaran", Generasi Z menormalkan percakapan tentang terapi dan kesejahteraan mental, mempermudah individu untuk mencari bantuan tanpa rasa malu.

Media Sosial dan Pengaruh Digital

Tumbuh secara daring, Generasi Z telah terpapar pada arus informasi yang konstan mengenai kesehatan mental melalui media sosial. 

Paparan ini telah membuat topik kesehatan mental lebih terlihat dan mudah diakses, memupuk budaya di mana mencari bantuan dan berbagi pengalaman didorong. 

Namun, lingkungan yang sama juga meningkatkan tekanan seperti perundungan siber, budaya perbandingan, dan FOMO (fear of missing out), yang dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan membuat topik ini lebih relevan secara personal.

Tekanan Hidup Masa Kini

Generasi Z menghadapi tantangan hidup yang berbeda dari generasi sebelumnya. Berikut beberapa contoh nyata yang mereka hadapi sehari-hari:

  • Persaingan akademik yang ketat: Ribuan siswa bersaing untuk satu kursi di universitas favorit, dengan tekanan untuk mendapatkan nilai sempurna dan segudang kegiatan ekstrakurikuler. Ini berbeda dengan zaman dahulu di mana ijazah SMA sudah cukup untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.

  • Ketidakpastian ekonomi: Harga rumah dan biaya hidup yang terus meningkat membuat banyak Gen Z merasa bahwa impian memiliki rumah sendiri semakin tidak terjangkau. Di kota-kota besar seperti Jakarta, gaji fresh graduate seringkali tidak seimbang dengan biaya sewa.

  • Pasar kerja yang berubah cepat: Banyak pekerjaan tradisional terancam oleh AI, dan banyak juga lowongan pekerjaan yang memiliki persyaratan yang semakin ketat. Gen Z harus terus mempelajari keterampilan baru agar tetap relevan dalam pasar kerja.

  • Pekerjaan mereka yang mengharuskan agar selalu terhubung: Ekspektasi untuk selalu tersedia dan merespons pesan kapan saja membuat batas antara waktu kerja dan istirahat menjadi kabur. Banyak Gen Z merasa sulit untuk benar-benar "offline" dan melepaskan diri dari kewajiban digital.

  • Dampak pandemi: Banyak Gen Z mengalami pembelajaran jarak jauh saat tahun-tahun formatif pendidikan mereka, kehilangan pengalaman sosial penting, dan memasuki dunia kerja saat ekonomi tidak stabil. Contohnya, mahasiswa yang lulus selama pandemi kehilangan upacara kelulusan dan kesempatan magang yang berharga.

  • Kecemasan tentang masa depan planet: Berita tentang pemanasang global terus hadir pada beranda media sosial mereka setiap hari. Ini menciptakan kekhawatiran yang nyata tentang seperti apa dunia ketika mereka berusia 50 atau 60 tahun nanti.

Kombinasi tantangan-tantangan ini menciptakan lingkungan yang penuh tekanan bagi Gen Z, memaksa mereka untuk lebih sadar dan peduli terhadap kesehatan mental mereka sebagai mekanisme bertahan hidup.

Peningkatan Kesadaran dan Edukasi Kesehatan Mental

Dengan akses informasi yang lebih besar, Generasi Z lebih teredukasi mengenai kesehatan mental dan mengenali pentingnya hal tersebut. 

Mereka memahami bahwa kesehatan mental bervariasi dari satu individu ke individu lainnya dan lebih mungkin untuk mengakui ketika mereka membutuhkan bantuan, daripada mengabaikan atau mengabaikan gejala seperti yang mungkin dilakukan generasi-generasi sebelumnya.

Perbedaan Nilai Antar Generasi

Generasi Z menghargai keaslian dan perawatan diri. Mereka cenderung tidak memandang pencarian bantuan sebagai kelemahan dan lebih mungkin memandang kesehatan mental sebagai bagian integral dari kesejahteraan secara keseluruhan. 

Ini merupakan kontras yang nyata dengan generasi yang lebih tua, yang sering melihat terapi sebagai pilihan terakhir atau tanda kegagalan pribadi.

Pergeseran ini mencerminkan perubahan sosial yang signifikan dalam cara masyarakat memandang dan menangani kesehatan mental, dengan Generasi Z memimpin pendekatan yang lebih terbuka dan proaktif terhadap kesejahteraan psikologis.

(*)

Advertisement
close