LANGGAMPOS.COM - Ibn Hajar Al-Asqalani merupakan salah satu ulama hadits yang memiliki pengaruh besar, terutama di Indonesia. Meskipun ia hidup di Mesir pada abad ke-14, karya-karyanya telah diterima dan dihargai oleh banyak kalangan di Indonesia.
Lahir pada tahun 1372 M (773 H) di Kairo, Ibn Hajar mengalami masa sulit sejak usia dini, karena ia menjadi yatim piatu pada usia empat tahun. Meskipun demikian, ia berhasil menjadi salah satu ahli hadits terbesar dalam sejarah Islam.
Pada usia sembilan tahun, ia sudah menghafal seluruh Al-Qur'an, menunjukkan komitmennya terhadap ilmu pengetahuan.
Salah satu kontribusi terbesar Ibn Hajar adalah karyanya yang monumental, "Fath al-Bari," yang merupakan kitab syarh (komentar) paling lengkap terhadap Sahih al-Bukhari, kitab hadits yang dianggap paling sahih dalam tradisi Sunni.
Karya ini telah menjadi salah satu referensi utama bagi para ahli hadits di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Di Indonesia, karya-karya Ibn Hajar, seperti "Bulugh al-Maram," yang berisi hadits-hadits terkait hukum Islam, banyak dipelajari di pesantren dan juga berbagai kajian umum.
Buku-buku ini menjadi bahan bacaan utama bagi banyak pelajar yang mendalami ilmu hadits. Di kalangan ulama Indonesia, penguasaan terhadap karya Ibn Hajar sering dianggap sebagai salah satu pencapaian penting dalam pendidikan agama.
Pendekatan sistematis yang diterapkan Ibn Hajar dalam memverifikasi hadits juga mendapat perhatian di Indonesia.
Di negara ini, di mana tradisi lisan dan budaya lokal sering kali berpadu dengan ajaran agama, metode verifikasi hadits yang dilakukan Ibn Hajar menjadi referensi yang membantu membedakan antara ajaran Islam yang autentik dan praktik budaya yang berkembang.
Selama bulan Ramadan, banyak masjid dan majelis taklim di Indonesia yang mengadakan kajian tentang hadits-hadits terkait puasa, dengan merujuk pada penjelasan Ibn Hajar.
Hal ini membantu umat Islam di Indonesia dalam menjalankan ibadah mereka sesuai dengan ajaran yang diyakini.
Beberapa universitas Islam di Indonesia, seperti UIN Syarif Hidayatullah di Jakarta dan Universitas Sunan Kalijaga di Yogyakarta, memiliki jurusan yang mempelajari ilmu hadits, di mana karya-karya Ibn Hajar menjadi bagian dari kurikulum.
Setiap tahun, sejumlah mahasiswa pascasarjana Indonesia menulis tesis yang mengkaji karya-karya dan pemikiran Ibn Hajar.
Pengaruh Ibn Hajar di Indonesia tidak terbatas pada dunia akademis. Banyak orang di Indonesia yang juga merasa bahwa wawasan spiritual dan pendekatannya yang praktis terhadap ajaran Islam memberi panduan dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Meskipun Ibn Hajar Al-Asqalani hidup lebih dari enam abad yang lalu, warisan keilmuannya masih terus memengaruhi pemahaman Islam di Indonesia, negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia.
Ini menunjukkan bagaimana karya seorang cendekiawan dapat melintasi waktu dan tempat, mempengaruhi banyak orang, dan membuat pengetahuan agama yang mendalam lebih mudah diakses oleh berbagai kalangan.
(*)