Iklan

Friday, May 23, 2025, May 23, 2025 WIB
Last Updated 2025-05-22T20:05:28Z
gangguan kepribadianHealthkesehatan mentalpsikologiskizoid

Mengenal Skizoid: Kepribadian yang Paling Sulit Bangun Hubungan Emosional

ilustrasi-skizoid


LANGGAMPOS.COM - Bayangkan hidup di tengah keramaian, namun merasa seperti sedang menonton film dari balik kaca tebal. Orang-orang tertawa, berbincang, dan berbagi perasaan, sementara Anda merasa terkurung dalam sebuah ruang tersendiri yang tak terlihat oleh orang lain. 

Inilah gambaran keseharian seseorang dengan Gangguan Kepribadian Skizoid (SPD atau SZPD), kondisi yang lebih mendalam dari sekadar sifat pemalu, sebuah kondisi di mana seseorang secara konsisten memilih jalan menyendiri dan kesulitan merasakan atau menunjukkan emosi seperti kebanyakan orang.

Schizoid Personality Disorder (SPD atau SZPD) adalah gangguan kepribadian yang ditandai dengan ketidakmauan menjalin hubungan sosial serta kesulitan mengekspresikan emosi.

Gangguan ini masuk dalam kategori kepribadian cluster A yang memiliki ciri berpikir dan bertingkah laku secara eksentrik. 

Penderitanya cenderung menghindari interaksi, memilih pekerjaan yang minim interaksi, dan merasa seperti pengamat dalam situasi sosial. 

Sebagian mungkin masih mentoleransi kedekatan fisik, namun banyak pula yang secara otomatis merasa terlepas saat berinteraksi dengan orang lain.

Di balik topeng sosial: Dua wajah kesepian

Pengindap Kepribadian biasanya cenderung menyendiri di sudut ruangan, seolah berada di dunianya sendiri. sementara ada pula mereka tampak ramah namun menyimpan tembok kokoh di dalam diri. 

Inilah dua sisi dari kondisi yang sama, yaitu "overt schizoid" dengan kesendiriannya yang terlihat jelas dan ekspresi wajah yang nyaris tidak berubah bahkan saat dipuji, serta "covert schizoid" yang berkamuflase dengan baik dalam interaksi sosial meski tetap mengalami kesulitan yang sama dalam membentuk ikatan emosional yang dalam dengan orang lain.

Dampak Isolasi Sosial pada Kesehatan

Meskipun merasa nyaman dengan hidup sendiri, isolasi berkepanjangan bisa berdampak pada kesehatan otak dan tubuh. 

Penurunan stimulasi sosial dapat mengganggu kemampuan kognitif, bahkan mempercepat penurunan fungsi otak. 

Penelitian juga menunjukkan bahwa isolasi meningkatkan peradangan yang berkaitan dengan risiko penyakit jantung dan gangguan kesehatan lainnya. 

Kurangnya interaksi juga melemahkan kemampuan membaca isyarat sosial dan bisa memperburuk kondisi.

Lalu Bagaimana Jika yang Mengidap SZPD Adalah Kita Sendiri?

Jika Anda menyadari gejala SZPD pada diri sendiri, Anda mungkin tidak sepenuhnya menolak hubungan sosial, tetapi merasa ada kekosongan atau kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi. 

"Saya merasa bosan dan kosong saat terlalu lama sendiri. Kadang saya iri melihat orang lain bisa dekat satu sama lain," adalah pengakuan umum dari penderita SZPD. Bahkan jika interaksi terasa membebani, Anda tetap bisa merasa bersalah karena tak bisa hadir bagi orang terdekat.

Latihan Menenangkan Diri untuk Penderita SZPD

Untuk mengatasi stres tanpa ketergantungan pada interaksi sosial, Anda bisa mengembangkan teknik menenangkan diri. Latihan napas dalam terbukti menenangkan sistem saraf. 

Aktivitas fisik, seperti jalan kaki atau bersepeda sendiri, bisa meningkatkan hormon perasaan senang. Tidur yang cukup antara 7–9 jam sehari juga membantu mengurangi tekanan mental.

Cara Meningkatkan Keterampilan Sosial

Temukan kembali seni percakapan dengan membangkitkan rasa ingin tahu yang mungkin telah lama tertidur dalam diri Anda, cobalah pertanyaan sederhana namun mendalam seperti "Film apa yang kamu sukai akhir-akhir ini?" yang bisa membuka pintu menuju dialog yang lebih bermakna. 

Saat pikiran Anda mulai melayang pergi, jangkarkan diri dengan teknik grounding sederhana seperti fokus pada nada suara lawan bicara atau detail dalam kata-katanya, mengembalikan Anda ke momen sekarang. 

Jangan lupa juga bahwa bahasa tubuh kita justru berbicara lebih keras dari kata-kata. sebuah senyuman tulus saat membagikan kabar baik dapat mengubah percakapan biasa menjadi koneksi yang diingat lama setelah kata-kata dilupakan.

Gunakan pesan teks sebagai jembatan awal saat ingin berkomunikasi. Cari aktivitas ringan yang melibatkan orang lain, seperti hiking atau klub buku. 

Jadwalkan interaksi sosial secara rutin agar bisa mempersiapkan diri. Namun, penting juga untuk tidak memaksakan diri. Tolak undangan jika Anda merasa akan merasa tidak nyaman, dan akhiri interaksi jika sudah terlalu lelah secara emosional.

Penting untuk diingat bahwa SZPD bukanlah kondisi permanen yang tidak bisa berubah. Dengan pendekatan yang terstruktur dan bertahap, seseorang dengan gangguan ini masih memiliki kesempatan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan membangun hubungan yang berarti. 

Perubahan memang membutuhkan waktu dan usaha, tapi setiap langkah kecil, seperti mulai dari percakapan singkat hingga keterbukaan bertahap dapat menjadi fondasi penting dalam perjalanan menuju koneksi sosial yang lebih sehat dan memuaskan.

(*)
Advertisement
close