Iklan

Thursday, December 11, 2025, 7:33 PM WIB
Last Updated 2025-12-11T12:33:43Z
News

Ekspor Perikanan Indonesia Naik 5,1 Persen Dorong Tren Positif Industri Kelautan

Ekspor Perikanan Indonesia Naik 5,1 Persen Dorong Tren Positif Industri Kelautan




LANGGAMPOS.COM - Kinerja ekspor perikanan Indonesia mencatat tren pertumbuhan positif sepanjang Januari–Oktober 2025, menjadi sorotan di tengah dinamika pasar global. 


Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor komoditas perikanan menembus US$5,07 miliar atau meningkat 5,1 persen secara tahunan, memperkuat optimisme pemulihan industri perikanan nasional.

Plt. Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Machmud menyampaikan pencapaian tersebut dalam konferensi pers Capaian Kinerja KKP 2025 di Jakarta. 

"Jadi ada peningkatan yang sebelumnya US$4,82 miliar pada Januari (hingga) Oktober tahun 2024, sekarang US$5,07 miliar. Ini cukup meningkat posisinya sekitar 5,1% year on year," ujarnya.

Pertumbuhan ini terjadi meskipun sektor perikanan sempat terkena imbas hambatan ekspor udang ke Amerika Serikat (AS). Namun secara keseluruhan, pasar AS justru menunjukkan perbaikan signifikan. 

Ekspor ke AS meningkat 2,6 persen menjadi US$1,6 miliar. Sebaliknya, pasar China mengalami penurunan 2,4 persen menjadi US$962 juta akibat koreksi harga rumput laut kering yang kembali ke level normal.

Machmud menjelaskan bahwa penyesuaian harga memengaruhi permintaan China.

"Sebelumnya itu memang rumput laut harganya cukup tinggi di angka, kalau kita lihat itu sampai ada yang Rp25 ribu, Rp30 ribu per kilogram (kg) rumput laut kering. Nah sekarang kembali normal di angka Rp15 ribu sampai Rp20 ribu rumput laut kering. Sehingga di sini Tiongkok sedikit penurunan," jelasnya.

Berbeda dengan China, negara-negara ASEAN mencatat lonjakan permintaan mencapai 22,7 persen dengan nilai ekspor US$811 juta. Jepang pun menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 2,3 persen dengan permintaan mencapai US$506 juta.

Dari sisi kontribusi komoditas, udang tetap menjadi primadona ekspor perikanan Indonesia. Komoditas ini membukukan nilai ekspor US$1,4 miliar atau tumbuh 8,6 persen secara tahunan, diikuti tuna-cakalang yang naik 2,6 persen dan cumi-sotong-gurita yang meningkat 1,9 persen. Sementara itu, ekspor rajungan dan kepiting turun 2,5 persen karena tekanan harga dan persaingan dengan produk rajungan Alaska.

Meski terdapat sejumlah tekanan, neraca perdagangan perikanan Indonesia tetap mencatat surplus besar sebesar US$4,53 miliar. Total impor perikanan hanya sekitar US$500 juta, sebagian besar berasal dari ikan non-lokal seperti salmon, trout, dan kod.

Pada aspek investasi, sektor kelautan dan perikanan mencatat realisasi Rp7,82 triliun pada kuartal III-2025. Investasi terbanyak mengalir ke industri pengolahan dan budidaya. 

"Jadi investasi (sektor kelautan dan perikanan) ini adalah triwulan III-2025. Jadi triwulan III-2025 itu Rp7,82 triliun. Dan kalau kita lihat di sini banyak untuk investasi itu di pengolahan dan budidaya. Itu bisa dilihat 32% itu adalah di pengolahan," kata Machmud.

Singapura menjadi penyumbang investasi terbesar sebesar Rp510 miliar, disusul China Rp410 miliar dan Korea Selatan Rp400 miliar. Namun realisasi tersebut baru mencapai 59,67 persen dari target 2025 yang dipatok Rp13,11 triliun.

Memasuki triwulan terakhir, Machmud memproyeksikan investasi dapat menembus Rp10–11 triliun. 

"Masih ada satu triwulan lagi, yang kemarin kami prediksi itu sekitar Rp 10-11 triliun bisa tercapai, walaupun targetnya Rp 13 triliun. Jadi saat ini memang kita terus berusaha, untuk bisa menarik investasi di sektor kelautan dan perikanan. Ini mudah-mudahan dengan acara kemarin, yang investment business forum ini bisa meningkatkan investasi baik PMA maupun PMDN di Indonesia," pungkasnya.

(*)
Advertisement
close