Iklan

Tuesday, December 2, 2025, 10:02 PM WIB
Last Updated 2025-12-02T15:02:43Z
Lifestyle

Mom Guilt di Era Modern: Tekanan Sosial, Cinta Ibu, dan Cara Sehat Mengelolanya

Mom Guilt di Era Modern: Tekanan Sosial, Cinta Ibu, dan Cara Sehat Mengelolanya

  • Mom guilt membuat banyak ibu merasa tidak cukup baik dan memicu stres hingga kecemasan.
  • Tekanan sosial dan ekspektasi kesempurnaan menjadi pemicu terbesar munculnya rasa bersalah.
  • Dengan strategi yang tepat, mom guilt dapat dikelola sehingga ibu tetap sehat secara mental dan emosional.

LANGGAMPOS.COM - Mom guilt kian akrab di telinga ibu modern. Rasa bersalah yang muncul diam-diam ini membuat banyak perempuan mempertanyakan kemampuan dirinya sebagai orangtua. 

Dalam keseharian yang sarat tuntutan, mom guilt bukan hanya menghadirkan rasa tidak cukup baik, tetapi juga menekan mental hingga memicu stres dan kecemasan.

Fenomena ini begitu melekat dalam perjalanan pengasuhan. Wajar, tetapi ketika dibiarkan, ia dapat menggerogoti kesejahteraan emosional hingga hubungan dengan anak.

Istilah mom guilt merujuk pada “perasaan malu dan/atau frustrasi saat seseorang merasa dirinya bukan ibu yang baik atau cukup memadai,” kata Katie Raskin, LPC, HHC, CCH, psikoterapis dan konselor di Atlanta. 

“Ibu menyerap banyak pesan tentang definisi ibu yang baik, dan mustahil memenuhi semuanya, terutama bila pesan-pesan itu saling bertentangan,” ujarnya.

Penjelasan itu sejalan dengan pandangan Prianca Naik, MD, pembawa acara podcast Empowering Working Moms. 

Menurutnya, mom guilt berkaitan erat dengan biologi manusia. “Secara evolusi, ibu bertanggung jawab menjaga anak tetap hidup. Rasa ingin selalu berada di dekat anak itu tertanam di otak kita,” katanya. Ketika ibu memilih kebutuhan diri sendiri, rasa bersalah pun muncul, meski sebenarnya keputusan itu wajar.

Beragam situasi memicu mom guilt. Kembali bekerja setelah cuti melahirkan, merasa kesulitan berbagi peran dengan pasangan, atau tidak tertarik pada aktivitas tertentu yang disukai anak. Tekanan sosial dan ekspektasi kesempurnaan makin memperkuat rasa bersalah itu. Media sosial ikut menambah beban dengan tampilan keluarga yang tampak selalu ideal.

Menurut Bryana Kappadakunnel, terapis pernikahan dan keluarga, banyak ibu merasa harus memikul seluruh beban emosional keluarga. Tanggung jawab yang timpang itu membuat rasa bersalah berkembang meski ibu sudah berupaya sebaik mungkin.

Mengatasi mom guilt tidak berarti menghapusnya sepenuhnya. Namun, ada langkah-langkah yang bisa membuat ibu lebih seimbang secara emosional.

Memberi ruang untuk diri sendiri menjadi titik awal penting. Olahraga sederhana, secangkir kopi di pagi hari, atau berbincang dengan teman dapat memulihkan ketenangan. Terhubung dengan komunitas ibu lainnya juga membantu, karena percakapan dapat membuka perspektif bahwa setiap ibu punya tantangan masing-masing.

Mengenali perasaan pun krusial. Sering kali rasa bersalah bercampur dengan ketakutan: takut gagal, takut dinilai, atau takut tidak cukup. Dengan mengenalinya, ibu bisa menilai apakah perasaan itu realistis atau sekadar bayangan.

Komunikasi dengan pasangan juga tidak kalah penting. Pembagian tugas yang lebih adil meringankan beban mental. Begitu pula mengelola media sosial—mengurangi konsumsi konten yang memicu tekanan membantu ibu tetap fokus pada kehidupan nyata.

Ekspektasi yang realistis membuat perjalanan pengasuhan lebih manusiawi. Bukan semua hal harus sempurna. Yang penting anak merasa aman, sehat, dan dicintai. “Teriakan atau kehilangan kesabaran sesekali tidak merusak ikatan dengan anak,” begitu intinya. Yang dibutuhkan adalah kejujuran, permintaan maaf, dan penjelasan yang hangat setelahnya.

Ketika beban terasa terlalu berat, bantuan profesional sangat dianjurkan. Konselor atau psikolog dapat membantu ibu memahami pola pikirnya dan menemukan jalan keluar yang lebih sehat.

Mom guilt adalah pengalaman universal. Tekanan sosial, ekspektasi kesempurnaan, hingga dinamika keluarga membuat banyak ibu merasa tidak cukup baik. Namun, dengan strategi yang tepat—menyadari penyebabnya, menerima ketidaksempurnaan, dan memberikan ruang pada diri sendiri—ibu dapat menjaga kesehatan mental sekaligus memperkuat hubungan dengan anak.

Tidak ada ibu yang sempurna. Dan ketidaksempurnaan itu justru bagian indah dari perjalanan menjadi orangtua.

(*)



TAG KEYWORD SEO:

mom guilt, kesehatan mental ibu, gaya hidup ibu modern, tekanan sosial ibu, tips parenting, hubungan ibu dan anak, stres ibu, kecemasan ibu, kesehatan emosional ibu
Advertisement