Iklan

Friday, December 5, 2025, 2:04 PM WIB
Last Updated 2025-12-05T07:04:47Z
Lifestyle

Kenapa Orang Tua Bisa Pikun? Berikut Ini Penjelasan dan Cara Mengatasinya

Kenapa Orang Tua Bisa Pikun? Berikut Ini Penjelasan dan Cara Mengatasinya

  • Penelitian baru mengungkap perubahan molekuler otak yang memicu penurunan daya ingat dan potensi cara memulihkannya.
  • Teknologi penyuntingan gen seperti CRISPR membuka peluang terapi baru untuk menghadapi penuaan otak.
  • Aktivasi ulang gen pembentuk memori berpotensi menjadi terobosan gaya hidup sehat dan pencegahan demensia.


LANGGAMPOS.COM
- Seiring bertambahnya usia, kekhawatiran soal daya ingat yang mulai memudar sering datang tanpa permisi. Dalam dunia gaya hidup sehat, menjaga kejernihan otak menjadi prioritas baru. 

Sebuah penelitian dari Virginia Tech memberi angin segar: penurunan memori ternyata berkaitan dengan perubahan molekuler spesifik di dalam otak—dan temuan ini membuka peluang besar untuk memperlambat pikun. Keyword: penuaan otak, penurunan daya ingat, riset molekuler.

"Penelitian ini menunjukkan penurunan ingatan terkait dengan perubahan molekuler spesifik yang bisa ditargetkan dan dipelajari," kata Profesor madya di Fakultas Ilmu Hewan, Pertanian dan Ilmu Hayati, Timothy Jarome, dikutip dari Science Daily, Kamis (4/12/2025).

"Jika kita bisa memahami apa yang menjadi pemicunya pada tingkat molekuler, kita bisa memahami apa yang salah dengan demensia dan menggunakan pengetahuan itu untuk pendekatan baru pada pengobatan," dia menambahkan.

Dalam penelitian ini, Jarome bersama mahasiswa doktoral Yeeun Bae menelusuri sebuah proses molekuler bernama poliubikuitinasi K63. Proses yang rumit namun vital ini pada dasarnya memberi arahan pada protein dalam sel otak tentang bagaimana seharusnya mereka berperilaku. Keyword: poliubikuitinasi K63, kesehatan otak, demensia.

Ketika proses ini berjalan normal, neuron bisa saling berkomunikasi dengan baik. Dari sinilah ingatan terbentuk, disusun, dan dipertahankan. Namun, penuaan mengubah arah permainan. Dalam dua area otak yang penting — hipokampus dan amigdala — proses ini mengalami perubahan signifikan. Pada hipokampus, poliubikuitinasi K63 justru meningkat seiring usia; sementara di amigdala, proses itu malah menurun. Keyword: hipokampus, amigdala, memori emosional.

Untuk memahami lebih jauh, para peneliti menggunakan teknologi penyuntingan gen CRISPR-dCas13. Pada hipokampus, kadar proses diturunkan, sedangkan pada amigdala aktivitasnya diredam. Hasilnya mengejutkan: kinerja memori justru meningkat.

"Secara keseluruhan, temuan ini mengungkap fungsi penting pada poliubikuitinasi K63 pada proses penuaan otak. Pada kedua wilayah, penyesuaian dari proses meningkatkan daya ingat," jelas Jarome.

Tak berhenti di sana, penelitian lain yang dilakukan Jarome bersama mahasiswa doktoral Shannon Kincaid menyoroti gen IGF2—gen faktor pertumbuhan yang berperan membentuk memori. Sayangnya, fungsi gen ini menurun seiring bertambahnya usia. Keyword: IGF2, fungsi memori, gen pembentuk memori.

Mereka menemukan bahwa penyebabnya adalah proses alami berupa penambahan penanda kimia pada DNA, atau dikenal sebagai metilasi DNA, yang membuat gen ini seperti “dimatikan”. Dengan teknik CRISPR-dCas9, penanda itu berhasil dihilangkan dan IGF2 pun aktif kembali. Tikus-tikus tua yang menjadi objek penelitian menunjukkan peningkatan memori yang signifikan.

Jarome menyebut langkah itu sebagai proses “menghidupkan kembali” kemampuan memori yang sempat meredup.

"Hewan paruh baya yang belum memiliki masalah memori tidak terdampak, membuat pengaturan waktu sangat penting. Kita harus segera turun tangan saat ada masalah dimulai," dia menuturkan.

Penemuan ini memberi harapan baru bagi gaya hidup sehat berbasis sains. Bukan sekadar menjaga makanan atau rutin olahraga, tetapi memahami bahwa memori bisa dipulihkan melalui pendekatan molekuler yang lebih presisi. Keyword: gaya hidup sehat, otak sehat, pencegahan pikun.


(*)

Tag Keyword SEO:

penurunan daya ingat, penuaan otak, kesehatan otak, demensia, poliubikuitinasi K63, IGF2, CRISPR, memori otak, hipokampus, amigdala, riset Virginia Tech, gaya hidup sehat, pencegahan pikun, teknologi genetik
Advertisement