Iklan

Sunday, September 14, 2025, September 14, 2025 WIB
Last Updated 2025-09-14T12:57:25Z
News

Udara Jakarta Kian Buruk, Warga Diminta Gunakan Masker di Luar Ruangan

Udara Jakarta Kian Buruk, Warga Diminta Gunakan Masker di Luar Ruangan


LANGGAMPOS.COM - Jakarta kembali mencatat kualitas udara yang mengkhawatirkan. Pada Minggu pagi, ibu kota menempati peringkat ketiga sebagai kota dengan udara terburuk di dunia. Berdasarkan data IQAir, indeks kualitas udara (AQI) Jakarta berada di angka 152 pada pukul 05.55 WIB, dengan konsentrasi polusi PM2,5 sebesar 57,5 mikrogram per meter kubik.

Angka itu masuk kategori tidak sehat. Dampaknya, kelompok sensitif seperti anak-anak, orang tua, dan penderita gangguan pernapasan berisiko tinggi terkena efek polusi. “Hindari aktivitas di luar ruangan. Jika terpaksa keluar, gunakan masker,” demikian imbauan yang tercantum di situs IQAir.

Kategori kualitas udara diukur dari konsentrasi PM2,5. Angka 0-50 tergolong baik, 51-100 masih sedang, 101-150 mulai tidak sehat bagi kelompok tertentu, dan 151-200 tidak sehat bagi masyarakat umum. Jika indeks berada di kisaran 200-299, udara masuk kategori sangat tidak sehat. Sementara itu, jika mencapai 300-500, kualitas udara sudah berbahaya dan menimbulkan risiko serius pada populasi.

Jakarta bukan satu-satunya kota yang dihantui polusi. Kinshasa, Republik Demokratik Kongo, berada di peringkat pertama dengan indeks 166, disusul Lahore di Pakistan dengan 158. Setelah Jakarta, ada Tashkent di Uzbekistan dengan 126, serta Addis Ababa di Etiopia dengan 120.

Kondisi ini menambah daftar panjang tantangan Jakarta. Sebelumnya, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta meluncurkan platform pemantau kualitas udara yang terintegrasi. Sistem ini menghubungkan 31 titik Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU) di seluruh wilayah kota. Data dari SPKU ditampilkan secara terbuka melalui laman resmi DLH.

Langkah itu disebut sebagai penyempurnaan sistem lama agar sesuai dengan standar nasional. Data juga diintegrasikan dengan milik BMKG, World Resources Institute (WRI) Indonesia, dan Vital Strategies. Dengan begitu, informasi kualitas udara bisa dipantau lebih akurat oleh masyarakat.

Namun, realitas di lapangan masih menunjukkan ibu kota diliputi udara kotor. Transportasi berbahan bakar fosil dan aktivitas industri menjadi penyumbang utama polusi. Rekomendasi kesehatan tetap sama: tutup jendela, gunakan masker, dan batasi aktivitas luar ruangan.

Kualitas udara buruk bukan sekadar angka dalam laporan harian. Dampaknya nyata bagi kesehatan masyarakat, terutama kelompok yang rentan. Jakarta, dengan segala inisiatif pemantauannya, masih harus mencari cara agar langitnya tak lagi masuk daftar kota dengan udara terburuk dunia.

(*)
Advertisement
close