- Kata “Oke” memiliki sejarah panjang sejak tahun 1839 dan dipopulerkan oleh media Amerika.
- Asal-usul “OK” berakar pada tren singkatan jenaka seperti “oll korrect”.
- Penggunaan “Oke” di Indonesia berkembang sebagai simbol persetujuan dalam komunikasi modern.
LANGGAMPOS.COM - Kata “Oke”begitu akrab dalam komunikasi digital maupun lisan. Hampir setiap percakapan memakai kata ini sebagai konfirmasi, tanda setuju, atau respons netral dalam situasi singkat.
Meski terdengar modern, istilah ini punya riwayat panjang. Lebih dari satu setengah abad lalu, kata “OK”muncul ketika tren singkatan sedang digandrungi masyarakat Amerika.
Sebelum catatan sejarah jelas ditemukan, berbagai teori bermunculan. Ada yang mengaitkannya dengan kata “Okeh”dari bahasa suku Indian. Ada pula dugaan bahwa “OK”merupakan singkatan dari merek biskuit Amerika bernama Orrin Kendall.
Penelusuran lebih mendalam baru hadir pada 1960-an. Ahli bahasa Allen Walker Read meneliti asal-usul istilah ini melalui serangkaian dokumen lama. Dalam studinya, “The First Stage in the History of O.K.”(1963), ia menemukan bahwa kata “OK”pertama kali muncul pada 1839.
Pada 23 Maret 1839, surat kabar Boston Postmenjadi media pertama yang mempopulerkan istilah tersebut. Redakturnya, Charles Gordon Greene, menuliskannya sebagai judul berita. Ia mengikuti tren singkatan jenaka yang sedang naik daun pada 1830-an. Masyarakat kala itu gemar menciptakan singkatan humor, seperti RTBS (Remains to be Seen)dan OMG (Oh My God).
Kata OK yang diperkenalkan Greene merupakan singkatan dari “oll korrect”, versi lucu dari “all correct”. Meski jenaka, maknanya tetap: memastikan sesuatu benar atau baik-baik saja. Dari sinilah “OK”meluas menjadi kata serbaguna.
Apa pun konteksnya—pertanyaan, permintaan, hingga konfirmasi—kata “OK”menjadi jawaban universal. Read menjelaskan alasannya sederhana: kata itu mudah diucapkan, pendek, dan fleksibel. Namun ia juga mengingatkan bahwa singkatan seperti ini tidak selalu menyampaikan emosi penutur. “Ok” bisa bermakna positif atau negatif, tergantung konteks.
Dalam bahasa Indonesia, popularitasnya tak kalah besar. Kamus Besar Bahasa Indonesia mengadaptasi “OK”menjadi “Oke”. Di KBBI, kata ini diartikan sebagai ungkapan persetujuan. Fungsinya sama seperti dalam bahasa Inggris: mengonfirmasi bahwa tidak ada yang salah, bahwa sesuatu telah dipahami.
Kini, “Oke”bukan sekadar kata. Ia adalah fondasi komunikasi cepat, praktis, dan universal. Dari ruang obrolan digital hingga percakapan sehari-hari, kata ini menegaskan satu hal: bahasa selalu berkembang, mengikuti zaman dan kebutuhan manusia.
Kata OK yang diperkenalkan Greene merupakan singkatan dari “oll korrect”, versi lucu dari “all correct”. Meski jenaka, maknanya tetap: memastikan sesuatu benar atau baik-baik saja. Dari sinilah “OK”meluas menjadi kata serbaguna.
Apa pun konteksnya—pertanyaan, permintaan, hingga konfirmasi—kata “OK”menjadi jawaban universal. Read menjelaskan alasannya sederhana: kata itu mudah diucapkan, pendek, dan fleksibel. Namun ia juga mengingatkan bahwa singkatan seperti ini tidak selalu menyampaikan emosi penutur. “Ok” bisa bermakna positif atau negatif, tergantung konteks.
Dalam bahasa Indonesia, popularitasnya tak kalah besar. Kamus Besar Bahasa Indonesia mengadaptasi “OK”menjadi “Oke”. Di KBBI, kata ini diartikan sebagai ungkapan persetujuan. Fungsinya sama seperti dalam bahasa Inggris: mengonfirmasi bahwa tidak ada yang salah, bahwa sesuatu telah dipahami.
Kini, “Oke”bukan sekadar kata. Ia adalah fondasi komunikasi cepat, praktis, dan universal. Dari ruang obrolan digital hingga percakapan sehari-hari, kata ini menegaskan satu hal: bahasa selalu berkembang, mengikuti zaman dan kebutuhan manusia.
(*)
Tag SEO:
asal-usul kata oke, sejarah kata oke, asal-usul kata OK, sejarah kata OK, linguistik, etimologi bahasa, edukasi bahasa, kata oke berasal dari mana, sejarah bahasa Indonesia, tren bahasa Amerika 1830-an, Allen Walker Read
